Language: Finnish

Published: Helsinki, Finland: Helsingin yliopisto, 2002

Language: Italian

Abstract/Notes: Il contributo intende sondare alcuni tratti della pedagogia e del metodo Montessori di interesse per ripensare gli attuali contesti educativi escolastici sempre più interdipendenti ed eterogenei (Zoletto, 2012). L’individualizzazione nell’apprendimento e la differenziazione sono tensioni costanti nel pensiero di Montessori e si concretizzano nel ruolo dell’ambiente preparato dall’adulto a misuradi ogni bambino, in cui sono organizzati materiali di sviluppo non condizionati daappartenenze culturali (PescieTrabalzini, 2007) e nella pluralità linguistica assunta quale tratto strutturale del contesto (Consalvo, 2020), come avviene in molte scuoledi metodo che stanno sperimentando progetti bilingui. È dall’ambiente secondo Montessori (2000) che i bambini prendono il linguaggio, le abitudini e le caratteristiche della comunità a cui partecipano e per questo gli ambienti scolastici e le atmosfere relazionali costruiti sulla base della unicità e differenza di ognuno sono interculturali (Pesci,2006). Il contributo propone le prime riflessioni scaturite dal lavoro di indagine sull’attualità interculturale di Montessori in prospettiva plurilingue, che èuno dei filoni di ricerca del PRIN (2017) Maria Montessori from the past to the present(Unitàdi ricerca: Bologna, Milano, Roma, Aosta). / This paper will explore some aspects of the Montessori method and pedagogy that are pertinent in rethinking today's increasingly interdependent and heterogeneous educational and school contexts (Zoletto, 2012). Personalized learning and differentiation are constant tensions in Montessori thinking, taking shape in the environment prepared by the adult specifically for each child, where the developmental materials offered are not conditioned by cultural affiliations (Pesci e Trabalzini, 2007) and linguistic plurality is a structural feature of the context (Consalvo, 2020), as occurs in many method schools that are experimenting with bilingual projects. According to Montessori (2000), children acquire language, habits and the characteristics of the community they are part of from the environment, and for this reason school environments and the relational atmospheres based on the uniqueness and differences of each individual are intercultural (Pesci, 2006). The paper offers some initial reflections starting from an investigation of Montessori's intercultural relevance in a multilingual perspective, one of the PRIN (2017) research areas Maria Montessori from the past to the present (Research Units: Bologna, Milan, Rome, Aosta).

Language: Italian

DOI: 10.6092/issn.2420-8175/13899

ISSN: 2420-8175

Language: Italian

Published: Rome, Italy: Fefè Editore, 2011

ISBN: 978-88-95988-34-4

Language: German

Published: Baltmannsweiler, Germany: Schneider-Verlag Hohengehren, 2005

Edition: 2nd corrected and revised ed.

ISBN: 3-89676-949-9 978-3-89676-949-7

Series: Reformpädagogische Schulkonzepte , 4

Language: Norwegian

Abstract/Notes: Tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang bersifat nyata itu merupakan makna dari hasil pendidikan karakter yang dapat membentuk kepepribadiannya seseorang. Hal tersebut dilalui dengan pendidikan budi pekerti sehingga terbentuknya keperibadian di dalam diri seseorang. Seseorang akan bertinh laku dengan baik, bertanggung jawab, jujur, kerja keras, lemah lembut menghormati sesama dan juga penuh kasih saying. Hal itu dapat dilihat secara nyata pada tingkah laku seseorang. Konsep Pendidikan yang dimiliki oleh Ki Hajar Dewantara adalah bersifat pribumi. Sistem pendidikannya adalah system among dengan artian bersendikan kodrat alam dan merupakan system pendidikan yang bersifat kekeluargaan dan kemerdekaan terhadap anak supaya mereka dapat berkembang dan tumbuh dengan dasar kekuatannya sendiri Penyusunan metodenya Montessori merupakan sebuah metode pendidikan bagi anak-anak yang berdasar pada teori terhadap perkembangannya anak. Adapun metode tersebut berkarakteristik menekankan terhadap aktifitas anak dan adaptasi dilingkungan tempat belajarnya serta menyesuaikan terhadap level berkembangnya anak. Aktifitas fisik dan peran dalm menyerap kemampuan yang praktis dan konsep pembelajaran. Dari lingkungan sekolah konsep untuk Pendidikan anak diusia dini menurut Maria Montessori dan Ki Hajar dewantara juga ditemukan kesamaan dan juga ditemukan perbedaannya. Melihat persamaannya dilingkungan sekolah sama-sama mempunyai pendapat.Seprti halnya disekolah Casa Dei Bambini dan juga taman indria. Keduanya tersebut berpendapat sama bahwasanya media dalam pembelajaran menggunakan media dalam belajar yang bersifat alamiah dan pembelajaran nyata dari alam itu lebih menarik dibandingkan menggunakan media yang dibuat. Tempat dilaksanakannya pendidikan terhadap anak diusia dini dalam pemikiran Maria Montessori anak didik dfokuskan diruang kelas dan juga diditempatnya anak-anak pada saat bermain yang telah dirancangnya. Berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwasanya tempat untuk dilaksanakannya Pendidikan terhadap anak tidak hanya dilingkungan sekolah. Mereka dapat melaksanakan pembelajarannya dilingkungan masyarakat dan juga dilingkungan keluarga. Jadi pemikirannya lebih meluas Pendidikan terhadap anak itu harus saling didukung oleh tiga lingkungan tersebut

Language: Indonesian

DOI: 10.46773/muaddib.v4i1.188

ISSN: 2685-9149

Language: Spanish

Abstract/Notes: Translated from the Dutch by Verena Kiefer.

Language: German

Published: Weinheim, Germany: Beltz, 2002

ISBN: 3-407-22750-7 978-3-407-22750-8

Series: Biographie & Kontext

Language: German

Published: Düsseldorf, Germany, 1965